Selasa, 24 Agustus 2010

Artikel Pendidikan

MEMBANGUN GENERASI PEMECAH MASALAH YANG HANDAL
Oleh: Bambang Sarbani, S.Pd, M.PMat.1)

”Peserta didik adalah pemecah dan pembuat masalah, mereka tidak hanya mencoba menyelesaikan masalah yang diterimanya, tetapi juga mencari dan menciptakan tantangan baru, dan menyadari bahwa memecahkan masalah adalah kebutuhan hidupnya”.
Manusia dalam menjalani kehidupannya tak lepas dari apa yang dinamakan masalah. Dari masalah sederhana yang rutin dihadapi, sampai masalah baru yang bersifat kompleks, dan masalah yang tidak lazim yang kemunculannya mungkin tak terduga. Masalah bisa datang atau dibuat dari individu seseorang, keluarga, komunitas, sampai masalah berskala besar yaitu masalah bangsa dan negara bahkan masalah dunia yang bersifat global.
Banyak pendekatan pembelajaran di dunia pendidikan yang digunakan oleh guru dan pendidik pada umumnya, dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Salah satunya adalah pendekatan pemecahan masalah. Fakta sejarah tidak bisa dipungkiri bahwa lahirnya pembelajaran dengan pendekatan masalah secara formal diawali dari bidang studi matematika. Buku ”How to Solve It” karya George Polya (1887-1985) matematikawan kelahiran Hongaria menuangkan ide cemerlang tentang metode sistematis dalam menemukan solusi atas problem-problem yang dihadapi, dan memungkinkan seseorang menemukan pemecahannya sendiri. Beliau dikenal sebagai ”bapak problem solving”. Secara garis besar terdapat 4 (empat) fase penyelesaian masalah menurut Polya, yaitu: 1) memahami masalah, 2) merencanakan penyelesaian, 3) menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan 4) melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan. Walaupun Polya berfokus pada teknik pemecahan masalah dalam bidang studi matematika, namun prinsip-prinsip yang dikemukakan dapat digunakan pada bidang studi lain dan masalah-masalah umum yang menyentuh kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan harapan pemerintah yang tertuang sangat jelas di dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (SKL-SP). Di dalam SKL-SP SD/MI/SDLB/Paket A disebutkan pada butir nomor 8, yaitu menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam SKL-SP SMP/MTs/SMPLB/Paket B disebutkan pada butir nomor 9, yaitu menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dan di dalam SKL-SP SMA/MA/SMALB/Paket C serta SMK/MAK disebutkan pada butir nomor 10, yaitu menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks.
Peserta didik adalah aset bangsa. Guru adalah motivator, fasilitator dan sekaligus director of learning yang bertugas menyiapkan peserta didik menjadi generasi yang berkualitas. Dengan kepiawaian, minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar, seorang guru dapat menciptakan budaya atau pembiasaan pada peserta didik agar memiliki kepekaan terhadap suatu masalah dan secara spontan untuk menyelesaikan atau memecahkannya. Selanjutnya menuai harapan, peserta didik menyadari bahwa memecahkan masalah adalah bagian dari kebutuhan hidupnya. Kondisi tersebut dapat terbangun apabila guru membiasakan diri secara bersunguh-sungguh menggunakan pendekatan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran. Hal tersebut cukup beralasan, karena pada dasarnya pemecahan masalah merupakan tempat bertemunya semua ragam kompetensi dalam proses pembelajaran. Inilah keunggulan pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah. Beberapa strategi pemecahan masalah antara lain direkomendasikan oleh Ohio Dept of Educaton (1980), Musser dan Burger (1994) dan Wheeler (dalam Hudoyo,2001). Pada dasarnya sama, ketiga-tiganya menyajikan teknik atau cara memecahkan masalah, yang penggunaannya tergantung dari kompleksitas masalah yang dihadapi.
Akhirnya harapan besar terbentang di depan mata, yaitu terwujudnya sebuah generasi problem solver yang memiliki kecerdasan memecahkan masalah pada bidangnya masing-masing, dan handal dalam menuntaskan persoalan-persoalan yang hari demi hari kian kompleks. Tentunya untuk kesejahteraan bangsa, kemaslahatan umat, dan perdamaian dunia.

1)Penulis adalah guru bidang studi Matematika MAN Purworejo.
Catatan: Telah dimuat di majalah bulanan Kiprah Volume 19 tanggal 7 Juli 2010.

Tidak ada komentar: